PENGANTAR TULISAN
- Februari 2023 (1)
- November 2022 (1)
- Agustus 2022 (4)
- Juni 2022 (2)
- April 2022 (1)
- Maret 2022 (2)
- Januari 2022 (1)
- November 2021 (4)
- Desember 2020 (1)
- Agustus 2020 (1)
- Agustus 2019 (5)
- Desember 2018 (2)
- Oktober 2018 (3)
- September 2018 (4)
- Agustus 2018 (4)
- Juli 2018 (2)
- Januari 2018 (1)
- Desember 2017 (1)
- November 2017 (5)
- September 2017 (1)
- April 2017 (1)
- Oktober 2016 (1)
- September 2016 (1)
- Agustus 2016 (1)
- Juli 2016 (1)
- Juni 2016 (2)
- Mei 2016 (2)
- Januari 2016 (3)
- Juli 2015 (1)
- September 2014 (1)
- Agustus 2014 (7)
- Juli 2014 (1)
- Mei 2012 (3)
- Maret 2012 (1)
- Oktober 2011 (1)
- September 2011 (1)
- Juli 2011 (1)
- Juli 2010 (2)
- April 2009 (2)
- Maret 2009 (3)
- Februari 2009 (1)
- Januari 2009 (2)
- Oktober 2008 (1)
- Agustus 2008 (5)
Laman
- –DAFTARMAKALAH–
- 01_JURNALISME1
- 01_JURNALISME2
- 02_MEDIAMASSA1
- 02_MEDIAMASSA2
- 03_PENDIDIKANKOM1
- 03_PENDIDIKANKOM2
- 04_KOM_POLITIK1
- 04_KOM_POLITIK2
- 05_KOM_BUDAYA
- 06_BAHANKULIAH
- 07_KAJIAN BUDAYA DAN MEDIA
- 08_KERJA JURNALISME
- 09_MEDIA-HAM
- CURRICULUM VITAE
- KARYA_FIKSI
- KARYA_NONFIKSI
- MAJALAH HUMOR no 89 / 8 – 21 Juni ’94
- Novel MENOLAK AYAH
- PUBLIKASINONFIKSI
- TENTANG-NOVEL
- TULISAN KOLEGA
- UNTUK PENULISAN
Blogroll
Pieter P Pureklolong
/ 12 Oktober 2009Dari 12 novel itu hanya 5 yang saya baca serius dan tuntas. Tentu termasuk yang saya sebut trilogi cinta di UGM (Cintaku DI Kampus Biru, Gugapai Cintamu,dan Terminal Cinta Terakhir). Saya masih teringat ketika masih di SMA Seminari di Flores bagaimana kami berebutan setelah makan siang di asrama untuk membaca salah satu novel yang dimuat secara bersambung di KOMPAS (yang hanya satu dan datang ke sana setelah tiga hari KOMPAS terbit di Jakarta, jadi KOMPAS Senin, kami baca di Flores Timur baru hari Kamis, itu antara tahun 1979 – 1982). Namun asyik, pokoknya asyik, meskipun kami korbankan istirahat siang yang mestinya wajib. Lebih senang lagi ketika di Yogya (1983-1988) saya dapat puisinya WS Rendra yang diinspirasi dari novel Terminal Cinta Terkhir, kalau tidak salah judulnya “Sajak Widuri Untuk Joki Tobing”NAMUN SAYANG ketika sejak 2005 sampai sekarang saya buka beberapa Rumah Baca untuk anak-anak dan remaja di pinggiran kota Batam, para remaja, bahkan mahasiswa kurang tertarik dengan novel2 bermutu ini, meskipun saya dan istri promosi habis. Mereka lebih suka teenlith dan semacamnya. SAYA BERPIKIR kalau Pa’ Ashadi komentarlah perihal teenlith yang marak sekarang gimana?? Terima kasih.
Mazpree
/ 17 Juli 2010Dimana saya bisa dapat Karya Ashadi berupa Novelet terbitan Maj.Kartini berjudul “KARENA AKU TAK MENGENALMU” Mohon informasinya. Trims.
Dadi
/ 15 Oktober 2010Novel karya Ashadi Siregar yang pertama kali saya baca adalah Warisan Sang Jagoan, ketika saya masih SMP kelas 3, tahun 1977. Kisahnya benar-2 merasuk dalam jiwa meskipun novel tersebut kategori sebenarnya adalah dewasa. Tidak terhitung berapa kali membacanya tanpa bosan sedikitpun, sayang saya kehilangan novel tersebut. Novel selanjutnya yang saya baca adalah Sirkuit Kemelut setelah itu Cintaku di kampus biru, Kugapai Cintamu, Terminal cinta terakhir dan Frustasi puncak gunung. Menurut saya itu semua yg saya baca tadi merupakan novel yg luar biasa karena selalu dapat membawa pembacanya menjadi pelaku tokoh didalamnya, seolah saya menjadi Mardan di Warisan sang jagoan atau Anton di Cintaku di kampus biru. Bung Ashadi, teruslah berkarya meskipun sudah pensiun…….., saya menunggu.
Wedho Chrisnarno
/ 11 Mei 2012saat SMA membaca novel2 Bang Adi, pikiran saya cuma satu … lulus SMA masuk ke Publisistik atau Sastra dan jadi novelis. Ternyata setelah tamat publisistik … malah jadi PNS diancuuk … piye iki bang ? 4 tahun lagi pensiun, jangankan jadi novelis, jadi PNS yang bener saja enggak ….
Ashadi Siregar
/ 12 Mei 2012Konon lulusan publisitik namanya publisis, “kerja’nya ya nulis untuk pers. Kalau lulusan komunikasi, bukannya komunikator, tapi … mbuh…
Taufiq
/ 25 Agustus 2017Pak Ashadi,
Adakah kegamangan saat menulis Jentera Lepas? Rasa takut karena topik yang diangkat kala itu terbilang sensitif atau pernah kah Anda khawatir novel tersebut tidak akan pernah terbit karena disensor?
Salam,
Saya
liestia d
/ 12 Mei 2012Karya Bang Hadi menjd salah satu pendorong sy untuk kuliah di ugm. Sbg remaja dr sebuah tempat nun jauh di pedalaman sumatera gambaran tentang kuliah di ugm yg serba indah sy peroleh dr buku Cintaku Di Kampus Biru. Setelah itu hampir semua buku karya Bang Hadi sy koleksi kecuali Sunyi Nurmala. Tks untukninspirasinya!
maulana a
/ 20 Juli 2013Baru satu novel yang saya baca “Terminal Cinta Terakhir”, ceritanya bagus. Namun di akhir rasanya menggantung, saya jadi mengira-ngira sendiri apa yang selanjutnya terjadi
Evi Jeremias
/ 15 Februari 2015Makasih Om sudah membuat Trilogi Kampus Biru, Terminal Cinta Terakhir romantisnya luar biasa bahkan sampai ada sajak Joki Tobing untuk Widuri ❤
Aswir Astaman
/ 26 Maret 2015Novel-novel yang sangat memukau. Hampir semua novel Ashadi diatas sudah saya baca. Dan banyak mempengaruhi perasaan saya. “frustrasi puncak gunung” Cocok betul dengan jiwa saya ketika itu yang sedang keranjingan mendaki gunung